7 KEMULIAAN MANUSIA DENGAN SIKAP TAWADHU’.

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم 

الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين و على آله وصحبه اجمعين. أما بعد:

TAZKIRAH HARI INI UNTUK RENUNGAN BERSAMA.   
(Vietnam, Rabu 3 Jun 2015).
7 KEMULIAAN MANUSIA DENGAN SIKAP TAWADHU’.

Sikap dan perangai manusia akan berubah Ketika seseorang sudah memiliki gelaran dan status sosial yang hebat, ilmu yang tinggi, harta yang banyak, dan hanya sedikit yang memiliki sifat kerendahan hati dengan kelebihan tersebut. 

Kebanyakan orang akan bersikap angkuh dan sombong dengan berbagai prestasi duniawi yang mereka miliki. Dan bentuk kesombongan itu adalah sikap suka merendahkan orang lain yang berada di bawahnya dalam urusan-urasan duniawi. Padahal kita seharusnya seperti  ilmu padi. Iaitu “semakin berisi, semakin merunduk”.

Memahami Konsep Tawadhu’ Dalam Ajaran Islam. 

Tawadhu’ merupakan sikap pertengahan antara sombong dan menghinakan diri. Sombong berarti mengangkat diri sendiri terlalu tinggi hingga ketahap yang lebih dari yang semestinya. Sedangkan menghinakan diri yang dimaksudkan adalah menempatkan diri terlalu rendah sehingga sampai pada tahap sikap menghinakan diri sendiri meskipun pada perkara yang melanggar syariat. (Lihat  kitab Adz Dzari’ah ila Makarim Asy Syari’ah, Ar- Raghib Al Ash-fahani, 299).

Ibnu Hajar berkata: “Tawadhu’ adalah menampakkan diri lebih rendah pada orang lain yang ingin mengagungkannya. 
Ada pula yang mengatakan bahwa tawadhu’ adalah memuliakan orang yang lebih mulia darinya.” (Fathul Bari, 11: 341)

Orang yang bersikap Tawadhu’ memiliki banyak fadhilat dan kemuliaan. Diantara keutamaan bersikap tawadhu' tersebut adalah:

1. Mendapatkan kemuliaan di dunia dan di akhirat. 

Seseorang yang semakin bersikap tawadhu’ akan semakin mulia di dunia dan akhirat. Ia akan menjadi mulia di hadapan manusia dan mulia dihadapan Allah SWT. 

Tetapi, jika seseorang semakin sombong dan dan suka berbangga diri dengan harta, pangkat jawatan dan kedudukan, ilmu dan yang lain, maka ia akan jauh dari Allah SWT dan juga jauh dari manusia. Dibenci Allah SWT dan dibenci seluruh manusia di muka bumi ini. 

Hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata bahawasanya Rasulullah SAW bersabda :

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

Ertinya:
“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim no. 2588).

Yang dimaksudkan dalam hadis tersebut adalah bahawa Allah SWT akan meninggikan darjat manusia yang bersikap tawadhu' di dunia mahupun di akhirat. 

Di dunia, orang akan menganggapnya mulia, Allah SWT pun akan memuliakan dirinya di tengah-tengah manusia, dan kedudukan akhirnya semakin mulia.

Sedangkan di akhirat kelak, Allah SWT akan memberinya pahala dan meninggikan derajatnya karena sifat tawadhu’nya di dunia (Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 16: 142).

2. Sikap Tawadhu’  merupakan akhlak mulia dari para Nabi ‘alaihimush sholaatu wa salaam. 

Lihatlah Nabi Musa ‘alaihis salam melakukan pekerjaan rendahan, membantu memberi minum pada haiwan ternak dalam rangka menolong dua orang wanita yang ayahnya sudah tua. Lihat pula Nabi Daud ‘alaihis salam makan dari hasil kerja keras tangannya sendiri. Nabi Zakariya dulunya seorang tukang kayu. Sifat tawadhu’ Nabi Isa ditunjukkan dalam perkataannya.

Allah SWT berfirman dalam al-Qur'an surah Maryam ayat 32:

وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا
Ertinya:
“Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 32).

Demikian pula nabi Muhammad SAW juga menggembala kambing bersama kaumnya. Bahkan hampir seluruh nabi menjadi penggembala kambing. 

Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلَّا رَعَى الْغَنَمَ فَقَالَ أَصْحَابُهُ وَأَنْتَ فَقَالَ نَعَمْ كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لِأَهْلِ مَكَّةَ

Ertinya:
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah Allah SWT mengutus seorang Nabi melainkan dia mengembalakan kambing”. Para sahabat bertanya: “Termasuk engkau juga?” Maka Beliau menjawab: “Ya, aku pun mengembalakannya dengan upah beberapa Qirath untuk penduduk Makkah”. (HR. Bukhari).

Dalam hadis di atas, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa semua Nabi adalah penggembala kambing. Ketika para shahabat menanyakan apakah Rasulullah SAW juga penggembala kambing, maka beliau menginformasikan sesuatu yang selama ini belum pernah mereka ketahui iaitu bahwa beliau pernah menjadi seorang penggembala kambing ketika beliau masih di Makkah. Beliau menggembala kambing-kambing milik penduduk Makkah dengan upah beberapa Qiroth  atas jasa menggembala. Lihatlah sifat mulia para nabi tersebut. Karena sifat tawadhu’, mereka menjadi mulia di dunia dan di akhirat.

3. Dicintai di tengah-tengah manusia. 

Semua orang tentu saja akan semakin menyayangi orang yang  bersikap tawadhu' dan rendah hati serta tidak menyombongkan diri. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَىَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغِى أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

Ertinya:
“Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu’. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas pada yang lain.” (HR. Muslim).

4. Tawadhu' Merupakan salah satu  perintah Allah SWT . 

Allah Ta’ala berfirman:

وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, iaitu orang-orang yang beriman. (QS. asy-Syu’ara : 215)

Syaikh Ibnu Utsaimin Rahimahullah berkata: 

“Maksud ayat di atas adalah sifat tawadhu’, karena orang yang sombong melihat dirinya bagaikan burung yang terbang tinggi di angkasa, maka Allah SWT memerintahkan untuk merendahkan sayapnya. dan sikap merendahkan diri terhadap orang-orang beriman yang mengikuti Nabi SAW” (Syarah Riyadhus Sholihin 3/515).

5. Tawadhu’ adalah Perangai hamba Allah SWT yang terpuji. 

Allah SWT berfirman dalam surah al-Furqon ayat 63:

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْناً وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَاماً

Ertinya 
“Dan hamba-hamba Allah yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil bertanya kepada mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. al-Furqon : 63)

Imam Ibnul Qoyyim Rahimahullah mengatakan: 

“Firman Allah SWT tersebut maksudnya adalah menyuruh manusia agar berjalan di atas muka bumi ini dengan sikap rendah hati iaitu mereka yang berjalan dengan penuh ketenangan, penuh dengan ketawadhu’an, tidak bongkak dan sombong.” (Madarijus Salikin 2/375, Ibnul Qoyyim).

6. Mengangkat Darjat Seorang Hamba. 

Sudah selayaknya bagi setiap muslim untuk berhias diri dengan sifat tawadhu’. Karena dengan tawadhu’ tersebut Allah SWT akan meninggikan darjatnya. 

Rasulullah SWT bersabda:

وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ

“Tidaklah seseorang tawadhu’ karena Alloh kecuali Alloh Ta’ala mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim).

Imam An-Nawawi  berkata: “Hadits ini mempunyai dua makna:

A. Allah Ta’ala akan meninggikan derajatnya di dunia, dan mengukuhkan sifat tawadhu’nya dalam hati hingga Allah SWT mengangkat derajatnya di mata manusia.

B. Pahala di akhirat, yakni Allah SWT akan mengangkat derajatnya di akhirat disebabkan tawadhu’nya di dunia. (Syarah Shahih Muslim 16/143).

7. Mendatangkan Rasa Cinta, Persaudaraan Dan Menghilangkan Kebencian. 

Rasulullah SAW bersabda:

وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

Ertinya:
“Sesungguhnya Alloh Ta’ala mewahyukan kepadaku agar kalian tawadhu’, hingga tidak ada seorang pun yang membanggakan dirinya atas orang lain dan tidak ada lagi orang yang menyakiti atas orang lain.” (HR. Muslim).

Begitu banyak keutamaan tawadhu’ dalam kehidupan sehari-hari, sungguh suatu yang sangat penting bagi setiap muslim untuk menghiasi diri dengan sikap tersebut. 
Dan tidaklah seseorang mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat keculi dengan sikap tawadhu'. Sebaliknya, kesengsaraan akan dirasakaan di dunia dan akhirat jika di dalam diri kita masih ada sifat-sifat angkuh, bongkak dan sombong . 

Ya Allah hiasilah kami dengan sikap tawadhu' dan rendah diri serta jauhkan kami dari sikap angkuh dan sombong, sesungguhnya hanya Engkaulah yang layak memiliki sifat al- Mutakabbir. Mudah-mudahan kami menjadi hamba-Mu yang dapat meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak dengan sikap tawadhu' tersebut.  Aamiinn Yaa Robbal 'Aalamiin !!!!!

Wallahu A'lam. 
Doakan istiqamah serta Sehat wal Afiat. 
Wassalam USM. (Ustaz Sihabuddin Muhaemin).

Catatan:.
ILMU ITU MILIK ALLAH SWT UNTUK DISEBARKAN. 
Sila KON GSIKAN Dengan Sesama SAUDARA  KITA. 
Mudah-Mudahan bermanfaat Untuk Semua.
Di Dunia Dan Di Akhirat Nanti. Insya-Allah. Aamiinn !!!!!

Kritik Dan Saran Yang Membina Sangat Dialu-alukan. 
Sila tlp/sms kami, USM (012-6653988). 
Atau layari laman facebook:
http://www.facebook.com:
USM - Sihabuddin Muhaemin.

TERIMA KASIH.  
(Vietnam, Rabu 16 Sya'ban 1436 H).