MAKSIAT MENGUNDANG BENCANA

Apakah ada hubungan antara bencana dengan kezhaliman? Media-media kita saat ini seringkali dihiasi oleh berita bencana alam. Sebagian orang mungkin akan menganggap lucu jika ada pernyataan bahwa kemaksiatan berkaitan dengan bencana. Seringkali pula, jika bencana disambungkan dengan segi ilmu syar’I, maka justru akan dibawa melenceng ke ranah mistis.

Padahal, lupa kah kita dengan ucapan Nabi Adam ‘alaihis salam saat meninggalkan surga?

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِين

“Yaa Rabb kami.. Sesungguhnya kami menzhalimi diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni dan menyayangi kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.”

لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

“Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim”.

Pun ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam masih ada, di Madinah terjadi gempa bumi. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam lalu meletakkan kedua tangannya di atas tanah dan berkata, “Tenanglah… belum datang saatnya bagimu.”

Sejenak, Nabi menoleh ke arah para sahabat dan berkata, “Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian… maka jawablah (buatlah Allah ridha kepada kalian)!”

Di masa Umar bin Khattab pun terjadi hal yang sama. Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu mengingat sebuah gempa pada masa kekhalifahannya, ia berkata kepada penduduk Madinah, “Wahai Manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah? Andaikata gempa ini kembali terjadi, aku tak akan bersama kalian lagi!”

Ketajaman mata hatinya, Umar bin Khattab bisa merasakan bahwa kemaksiatan yang dilakukan oleh penduduk Madinah sepeninggal Rasulullah dan Abu Bakar as-Shiddiq telah mengundang bencana. Umar mengingatkan kaumnya agar segera beristighfar, bertaubat, dan menjauhi maksiat. Umar bahkan mengancam akan meninggalkan mereka jika gempa kembali terjadi.

Sebab bumi dan seisinya adalah makhluk Allah. Sesungguhnya bencana merupakan ayat-ayat Allah untuk menunjukkan kuasa-Nya, jika manusia tak lagi mau peduli terhadap ayat-ayat Allah.

Dalam kitab Al-Jawab Al-Kafy, Imam Ibnul Qayyim mengungkapkan, “Terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat, menimbulkan rasa takut, khusyuk, dan rasa ingin kembali, serta tunduk kepada Allah, dan juga meninggalkan kemaksiatan dan penyesalan atas kekeliruan manusia. Di kalangan salaf, jika terjadi gempa bumi, mereka berkata, “Sesungguhnya Allah sedang menegur kalian.”

Berselang masa sahabat, Khalifah Umar bin Abdul Aziz pun, ketika bencana terjadi, beliau langsung mengirim surat kepada seluruh wali negeri, “Amma ba’du. Sesungguhnya gempa ini adalah teguran Allah kepada hamba-hambaNya, dan saya telah memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka barangsiapa yang memiliki harta hendaklah bersedekah dengannya.”

Allah berfirman dalam surah Al-A’la :
 قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّىٰ
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman),
وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّىٰ
dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sholat.

Sumber: http://zulkiflima.com/maksiat-mengundang-bencana/