PERINTAH MENUTUP AURAT DAN KETAATAN KPD PEMIMPIN

Perintah menutup aurat telah difirmankan oleh Allah s.w.t dalam surah al-ahzab ayat 33 yang bermaksud :

"Dan hendaklah kamu tetap diam di rumah kamu serta janganlah kamu mendedahkan diri seperti yang dilakukan oleh orang-orang jahiliyah zaman dahulu, dan dirikanlah sembahyang serta berikanlah zakat, dan taatilah kamu kepada allah dan rasulnya. Sesungguhnya Allah (perintah kamu dengan semuanya itu) hanyalah kerana hendak menghapuskan perkara-perkara yang mencemarkan dari kamu wahai "Ahlu Bait", dan hendak membersihkan kamu sebersih-bersihnya (dari segala perkara yang keji)."

Dari penerangan ayat di atas, jelaslah kepada kita bahawa hukum menutup aurat adalah wajib sebagaimana wajibnya perintah mengerjakan sembahyang,berzakat dan perintah-perintah yang lainnya.

Dengan menutup aurat, wanita islam mudah dikenal dan dapat mengelak dari diganggu oleh mereka yang ingin mengambil kesempatan.

Wanita yang menutup aurat akan mudah dikenali.Jika sekiranya mereka membuka aurat dengan sewenang-wenangnya, maka dengan secara tidak langsung mereka cuba merangsang lelaki untuk mengganggunya. Maka berlakulah perkara-perkara sumbang,dengan itu juga akan timbullah berbagai-bagai fitnah dari masyarakat tentang diri mereka.

Dalam hal ini Allah s.w.t telah berfirman dalam surah al-ahzab ayat 59 yang bermaksud :

"Wahai Nabi, suruhlah isteri-isterimu,anak-anak perempuanmu, dan perempuan-perempuan yang beriman, supaya melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar), cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu.Dan (ingatlah) Allah adalah maha pengampun lagi maha mengasihani."

Mentaati Pemimpin dalam Kebajikan

Ta’at kepada pemimpin adalah suatu kewajiban sebagaimana disebutkan dalam Al Kitab dan As Sunnah. Di antaranya Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An Nisa’ [4] : 59)

Dalam ayat ini Allah menjadikan ketaatan kepada pemimpin pada urutan ketiga setelah ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya. Namun, untuk pemimpin di sini tidaklah datang dengan lafazh ‘ta’atilah’ karena ketaatan kepada pemimpin merupakan ikutan (taabi’) dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, apabila seorang pemimpin memerintahkan untuk berbuat maksiat kepada Allah, maka tidak ada lagi kewajiban dengar dan ta’at.

Wallahua'lam