5 LANGKAH UNTUK MENUJU INSAN YANG ISTIQOMAH DALAM BERAGAMA.

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم 

الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين و على آله وصحبه اجمعين. أما بعد:

TAZKIRAH HARI INI UNTUK RENUNGAN BERSAMA.   
(Shah Alam, Jumaat 22 Mei 2015).
5 LANGKAH UNTUK MENUJU INSAN YANG ISTIQOMAH DALAM BERAGAMA.                    
 
Setiap muslim yang telah berikrar bahwa Allah SWT Rabbnya, Islam agamanya dan Muhammad aealqh Rasulnya, ia harus sentiasa memahami arti ikrar ini dan mampu mempraktikkan nilai-nilainya dalam realita kehidupannya. 

Setiap dimensi kehidupannya harus diwarnai dengan nilai-nilai tersebut baik dalam kondisi aman maupun terancam. Namun dalam realita kehidupan dan fenomena ummat, kita menyadari bahwa tidak setiap orang yang memiliki pemahaman yang baik tentang Islam yang mampu mempraktikkan dalam seluruh aspek kehidupannya. 

Dan orang yang mampu mempraktikkannya belum tentu mampu bertahan sesuai yang diharapkan Islam, iaitu komitment dan istiqamah dalam memegang ajarannya dalam sepanjang perjalanan hidupnya.

Suatu hari sahabat Abdullah al-Tsaqafi meminta nasihat kepada Nabi SAW agar dengan nasihat itu, ia tidak perlu bertanya-tanya lagi soal agama kepada orang lain. Lalu, Rasulullah SAW bersabda, (Katakanlah, aku beriman kepada Allah SWT, dan lalu bersikaplah istiqamah). (H.R. Muslim).

Istiqamah adalah kebalikan dari thughyan (penyimpangan atau melampaui batas). Ia berarti berdiri tegak di suatu tempat tanpa pernah bergeser, karena akar kata istiqomah dari kata “qaama” yang berarti berdiri. Maka erti bahasa istiqamah berarti tegak lurus. 
 
Secara istilah, istiqomah dapat diartikan dengan beberapa pengertian sebagai berikut :

- Abu Bakar Shiddiq RA ketika ditanya tentang istiqamah ia menjawab; bahwa istiqamah adalah kemurnian tauhid (tidak menyekutukan Allah SWT dengan apa jua sekalipun)

- Umar bin Khattab R A. berkata: “Istiqamah adalah komitment terhadap perintah dan larangan dan tidak  menipu atau berbohong”

- Utsman bin Affan RA berkata: “Istiqamah adalah mengikhlaskan amal kepada Allah SWT semata - mata”

- Ali bin Abu Thalib RA berkata: “Istiqamah adalah melaksanakan semua kewajiban-kewajiban”

- Hasan Bashri berkata:

- : “Istiqamah adalah komitmen terhadap syahadat tauhid sehinggalah bertemu dengan Allah SWT”

- Ibnu Taimiah berkata: “Mereka beristiqamah dalam mencintai dan beribadah kepaada-Nya tanpa menengok ke kiri kanan”

Dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW banyak sekali ayat dan hadits yang berkaitan dengan masalah Istiqâmah di antaranya adalah;

Firman Allah SWT dalam Surah Hud,  ayat 112:

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Ertinya:
"Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan". (QS. Hud :112).

Ayat ini mengisyaratkan kepada kita bahawa Rasulullah SAW dan orang-orang yang bertaubat bersamanya harus beristiqomah sebagaimana yang telah diperintahkan. 

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Ahqaf, ayat 13:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Ertinya:
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. (QS. Al-Ahqaf :13)

Ayat di atas menggambarkan pentingnya Istiqâmah setelah beriman dan pahala besar yang dijanjikan Allah SWT seperti hilangnya rasa takut, sirnanya kesedihan dan surga bagi hamba-hamba Allah SWT yang senantiasa memperjuangkan nilai-nilai keimanan dalam setiap kondisi atau situasi apapun. 

Hal ini juga dikuatkan beberapa hadits Nabi SAW di bawah ini:

عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِيِّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ وَفِي حَدِيثِ أَبِي أُسَامَةَغَيْرَكَ قَالَ قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ فَاسْتَقِمْ  (رواه مسلم)

Ertinya:
“Aku berkata, “Wahai Rasulullah katakanlah kepadaku satu perkataan dalam Islam yang aku tidak akan bertanya kepada seorang pun selain engkau. Beliau bersabda, “Katakanlah,  "Aku beriman kepada Allah SWT, kemudian berIstiqâmahlah (jangan menyimpang).” (HR Muslim).

Ada beberapa langkah yang membuat seorang muslim dapat istiqomah dalam mempertahankan nilai ketakwaan dalam jiwanya, bahkan mampu meningkatkan kualiti imannnya. Adapun langkah  tersebut adalah sebagai berikut;

1. MURAQABAH. 

Muraqabah adalah perasaan seorang hamba akan pengawasan Allah SWT dan kedekatan dirinya kepada Allah SWT. 

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hadid, ayat 4:

هُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَىٰ عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Ertinya:
“Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ‘arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hadid: 4)

Rasulullah saw. bersabda-ketika ditanya tentang ihsan, “Kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, dan apabila kamu tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihat kamu.” (H.R. Bukhari)

2. MU’AHADAH. 

Mu’ahadah yang dimaksud di sini adalah iltizamnya seseorang atas nilai-nilai kebenaran Islam. Hal ini dilakukan kerena ia telah berikrar dalam hatinya di dengan Allah SWT.

Ada banyak ayat yang berkaitan dengan masalah ini, di antaranya adalah sebagai berikut.

Allah SWT berfirman dalam Surah Surah An-Nahl, ayat 91:

وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدتُّمْ وَلَا تَنقُضُوا الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ

Ertinya:
“Dan tepatilah perjanjian dengan Allah SWT apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah SWT sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah SWT mengetahui apa yang kamu perbuat.”(QS. An-Nahl: 91).

Allah SWT juga berfirman dalam  Surah Al-Anfal, ayat 27:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

Ertinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah SWT dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 27)

3. MUHASABAH

Muhasabah adalah usaha seorang hamba untuk melakukan perhitungan dan evaluasi atas perbuatannya, baik sebelum maupun sesudah melakukannya. 

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hashr, ayat 18:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Ertinya:
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr: 18)

“Orang yang cerdas (kuat) adalah orang yang menghisab dirinya dan beramal untuk hari kematiannya. Adapun orang yang lemah adalah orang yang mengekor pada hawa nafsu dan berangan-angan pada Allah.” (H.R. Ahmad)

4. MU’AQABAH. 

Mu’aqabah adalah pemberian hukuman oleh seseorang muslim terhadap dirinya sendiri atas kecuaian yang dilakukannya.

Allah SWT berfirman dalam Surah  Al-Baqarah, ayat 179:

وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Ertinya:
“Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 179)

Generasi salafus soleh telah memberikan teladan yang baik kepada kita dalam masalah ketakwaan, muhasabah, mu’aqabah terhadap diri sendiri jika bersalah, serta contoh dalam bertekad untuk lebih taat jika mendapatkan dirinya lalai atas kewajiban. 

5. MUJAHADAH.

Mujahadah adalah optimalisasi dalam beribadah dan melaksanakan seluruh nilai-nilai Islam dalam kehidupan.

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Hajj, ayat 78:

وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ

Ertinya:
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. (QS. Al-Hajj:78)

“Rasulullah SAW. melaksanakan shalat malam hingga kedua tumitnya bengkak. Aisyah ra. pun bertanya: ‘Mengapa engkau lakukan hal itu, padahal Allah SWT telah menghapuskan segala dosamu?’

 Maka, Rasulullah SAW. menjawab, ‘Bukankah sudah sepatutnya aku menjadi seorang hamba yang bersyukur.’” (H.R. Bukhari-Muslim)

Inilah lima langkah yang wajib dimiliki oleh seorang muslim yang ingin mempertahankan nilai keimanan, yang ingin bertahan dan istiqamah di kemuncak ketakwaannya. 
Semoga Allah SWT menjadikan kita semua hamba-hamba-Nya yang sentiasa istiqamah, menjadi  muslim yang ideal dan akhirnya kita dijanjikan surga-Nya.Aamiinn Yaa Robbal 'Aalamiin !!!!!

Wallahu A'lam. 
Doakan istiqamah serta Sehat wal Afiat. 
Wassalam USM. (Ustaz Sihabuddin Muhaemin).

Catatan:
ILMU ITU MILIK ALLAH SWT UNTUK DISEBARKAN. 
Sila KONGSIKAN Dengan Sesama SAUDARA  KITA. 
Mudah-Mudahan bermanfaat Untuk Semua.
Di Dunia Dan Di Akhirat Nanti. Insya-Allah. Aamiinn !!!!!

Kritik Dan Saran Yang Membina Sangat Dialu-alukan. 
Sila tlp/sms kami, USM (012-6653988). 
Atau layari laman facebook:
http://www.facebook.com:
USM - Sihabuddin Muhaemin.

TERIMA KASIH.  
(Shah Alam, Jumaat 4 Sya'ban 1436 H).