6 CARA AGAR TIDAK TERJERUMUS PADA JALAN KESESATAN.

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم 

الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين و على آله وصحبه اجمعين. أما بعد:

TAZKIRAH HARI INI UNTUK RENUNGAN BERSAMA.   
(Shah Alam, Khamis14  Mei 2015).
6 CARA AGAR TIDAK TERJERUMUS PADA JALAN KESESATAN.

Dalam hidup kita sehari-hari, kita memohon kepada Allah SWT agar dijauhkan dari pada kesesatan dalam kehidupan kita. Kerana pada hakikatnya jika manusia tidak berhati-hati, maka manusia akan berada dalam kesesatan,  melainkan orang-orang yang beriman dan beramal sholeh

 Firman Allah SWT dalam al-Qur'an surah: Al-‘Ashr: 1-3:

وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ . إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Ertinya:
"Demi masa.  Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran". (QS. Al-‘Ashr: 1-3).

Dalam hadis Rasulullah SAW disebutkan` :

عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ.  (رواه مسلم)

Ertinya:
Dari Tamiim Ad Daari, sesungguhnya Nabi SAW bersabda: ”Agama itu adalah nasihat.” Kami bertanya: ”Untuk siapa?” Sabda beliau: ”Untuk Allah SWT, kitab-Nya, rasul-Nya, para pemimpin umat Islam, dan bagi seluruh kaum muslimin.” (HR Muslim).

Dalam ayat di atas di maksudkan agar kita lebih berhati-hati dan kohon keselqmqtn selamat dari kerugian dalam kehidupan yang akan menjerumuskan manusia kejurang kesesatan.  

Begitu pula dalam hadist di atas memberi maksud agar sesama kita saling memberi nasehat kepada kaum muslimin iaitu , membantu mereka untuk meraih kebaikan, menutup aib mereka, mencukupi kekurangan mereka.

Jika kita memperhatikan ayat-ayat dan hadist-hadist nabi, akan kita temui banyak dalil yang menyuruh kita untuk beramar ma’ruf nahi mungkar, namun memadai dengan dua nas di atas agar perbahasannya lebih ringkas.

Agar manusia tidak mudah  tergelincir kedalam kesesatan,  perlu memahami  faktor sebagai berikut:

1. Hendaknya Mengukur Sesuatu Dengan Dasar Agama.

Diantara sumber petaka bagi manusia di muka bumi ini, kususnya pada umat Islam adalah semakin jauh dari ilmu agama yang haq,  sehingga mereka terombang-ambing oleh suasana dan korban dari berbagai penyimpangan dalam islam itu sendiri. 

Untuk mengubati semua ini jalannya dengan  bertanya ke pada ahlinya sehingga seseorang menjadi paham dan berilmu.

 Allah SWT berfirman:

فَسْئَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَتَعْلَمُونَ 

Ertinya:
Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. (QS. An Nahl : 43).

Rasulullah` bersabda:

أَلَا سَأَلُوا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ

Seandainya mereka bertanya! Sesungguhnya obatnya kebodohan adalah bertanya.[4]

Dan semua itu terangkum dalam kalimat “wajib bagi seorang muslim menuntut ilmu” karena hanya dengan belajar perubahan dapat di harapkan, dari yang tidak tahu menjadi tahu, akan membangun mental,  meyakinkan hati, mengokohkan pendirian, menguatkan kesabaran, merobah dari  kerendahan menuju kemulyaan, ,  dan ini amat sulit dan samar bagi orang-orang yang tidak memiliki ilmu, dan kenyataan yang ada penjaja kesesatan mereka tidak terang-terangan di dalam kesesatanya akan tetapi menyebarkanya dengan amat samar sehingga orang-orang yang tidak memiliki ilmu, pertama-tama yang akan menjadi korban. Oleh karena itu Rasulullah ljuga bersabda:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ(ابن ماجه وغيره)

Ertinya:
Dari Anas bin Malik, Dia berkata: Rasulullah ` bersabda: "Menuntut ilmu adalah kewajiban  atas tiap-tiap seorang Islam". (HR. Ibnu Majah).

Dari sini hendaknya kita menyadari bahwasanya menuntut ilmu adalah kewajiban sebagaimana seseorang melakukan kewajiban yang lain, seperti solat,  puasa,  zakat dll, sungguh amat di sayangkan kebanyakan kaum muslimin meninggalkan kewajiban ini.


2. Tidak Terlalu Fanatik Terhadap Guru Atau Pun Taklid Buta. 

sehingga tidak lagi menyaring apa yang dikatakan ustadnya terlebih mengingatkan dan meluruskannya, Seakan-akan apa yang di ucapkan adalah bagian dari agama yang harus di ikuti. 

Rasulullah SAW bersabda:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ  (سنن ابن ماجه) .


Rasulullah ` bersabda  “ setiap anak adam pasti salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang bertobat. (HR. Ibnu Majah).

Islam melarang seseorang taklid buta tanpa merujuk kepada kebenaran, baik mengikuti adat, pemimpin, guru  terlebih yang diikuti jelas telah di ketahui kesalahanya.

Allah SWT berfirman, dalam surah Al Baqarah ayat 170 :

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ

Ertinya:
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang Telah diturunkan Allah SWT," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami Hanya mengikuti apa yang Telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak  mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?". (QS. Al Baqarah : 170).

Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ إِلَّا أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ.

Ertinya:
“ wajib atas seorang muslim mendengar dan taat pada pemimpin terhadap apa yang di sukai ataupun tidak, kecuali jika memerintahkan kemaksiatan, apa bila memerintahkan kepada maksiat tidak boleh mendengar dan juga taat”. (HR. Bukhari dan Muslim).

وَقَالَ الْإِماَمُ أَحَمَدْ رَحِمَهُ اللهِ تَعَالَى : " لاَ تُقَلِّدُنِيْ وَلاَ تَقَلِّدُ مَالِكًا وَلَا اَلشَّافِعِيْ وَلَا الأَوْزَاعِيْ وَلَا اَلثَّوْرِيْ وَخُذْ مِنْ حَيْثُ أَخَذُوْا "

Imam Ahmad berpendapat:
“ jangan kalian taklid kepadaku, jangan pula kalian taklid kepada Maliki, Safi’i, Auza’i, dan juga Tsauri, ambillah dari mana mereka mengambil.(Albani: Sifat sholat Nabi).

Sebahagian mereka tidak mau mengkritik atau meluruskan pemimpin tidak lain karena telah mendapatkan kedudukan atau jawatan tersebut,  sehingga takut jika dirinya nanti akan di singkirkan. 

karena kebanyakan orang-orang yang berani mengkritik kelompoknya mereka akan di keluarkan dari kelompok tersebut. 

3. Jangan Terlalu Kagum Terhadap Kemajuan Yang Telah Di capai. 

Manusia beragama bukan karena jumlahnya,  akan tetapi kita di tuntut dengan kualitinya dari sini kita melihat berapa banyak sesebuah pertubuhan yang maju dan tumbuh dengan pesat, tidak lain karena menghalalkan segala cara untuk merealisasikan tujuannya. Oleh karena itu tidak boleh seseorang terpedaya oleh jumlah yang ada.  
Allahlberfirman dalam surah Al-An’am ayat 116:

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ.

Ertinya:
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)". (QS. Al-An’am :116).

Allah SWT Berfirman dalam ayat lain dalam surah Al -A’raaf ayat 187:

وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Ertinya:
Akan tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui".(QS. Al  A’raaf: 187).

Dalam ayat lain dalam surah Al -A’raaf ayat 122:

وَمَا وَجَدْنَا لِأَكْثَرِهِمْ مِنْ عَهْدٍ وَإِنْ وَجَدْنَا أَكْثَرَهُمْ لَفَاسِقِينَ

Ertinya:
Dan kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji. Sesungguhnya kami mendapati kebanyakan mereka orang-orang yang fasik.( QS. Al- A’raaf: 122).

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman Al-‘Ankabut ayat 63:

بَلْ أَكْثَرُهُمْ لاَ يَعْقِلُونَ

"Bahkan kebanyakan mereka tidak memahami(nya). (QS. Al-‘Ankabut:63).

Dari keterangan di atas jelaslah untuk tidak mengambil ukuran kebenaran dari banyaknya orang yang mengikuti justru kebanyakan manusia menyimpang dari kebenaran.
Jika merasa jumlahnya banyak. 

4. Kagum Terhadap Pengikutnya Yang Banyak.

Kebenaran dala Islam bukan di ukur dari banyaknya pengikut serta status sosial seseorang. Kita sama-sama sudah tahu kebenaran bukan di ukur dari pangkat seseorang, kedudukan ataupun kekayaan, bahkan orang yang paling tinggi pangkatnya yaitu Fir’aun, maka Allah SWT tenggelamkan di laut, demikian pula tidak di ukur dengan kekayaan karena Qarun yang memiliki kunci-kunci yang berat untuk dipikul oleh  beberapa gerobak yang kuat saja berakhir dengan di benamkan hartanya oleh Allah SWT ke dalam perut bumi. 

Oleh karena itu  Allah berfirman dalam Al-Hujurat aya 13:

   إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

Ertinya:
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Rasulullah SAW pernah bersabda:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

Ertinya:
“Sesungguhnya Allah SWT tidak melihat pada fisik maupun bentuk kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati kalian.” (HRM. Muslim).

Oleh karena itu seorang muslim hendaknya mengetahui kemuliaan suatu kelompok ataupun individu seseorang, adanya pahala dan siksa bukan karena pangkat, kedudukan, ketampanan, ataupun kecantikan, tetapi di ukur sejauh mana dia atau mereka bertaqwa kepada Allah SWT. 

5. Hendaknya Seseorang Menerima Kebenaran Dari mana pun Datangnya.

karena boleh jadi orang yang dianggap musuh dia jujur di dalam berkata tentang dirinya atau kelompoknya, dan terkadang teman yang dekat memuji denganmukut manisnya yang mestinya tak layak untuk di puji, yang mana akan semakin menjauhkan dirinya dari al-Haq". 
(HR. Bukhari).

Dari sini kita ketahui walaupun dari syaitan sekalipun jika memang ianya kebenaran yang disampaikan  hendaknya di terima yang ianya adalah kebenaran,  sebagaimana telur yang keluar dari dubur ayam kita tidak menolaknya, terlebih dari saudara seagama, jika memang perkara yang benar hendaknya lebih diutamakan kebenaran itu dari siapapun.

6. Hendaknya Menyerahkan Suatu Urusan Agama Kepada Ahlinya.

Munculnya kesesatan dalqm ajaran agama kebanyakan di dalangi oleh orang-orang yang memang bukan ahli dalam bidangnya.

Rasulullah SAW bersabda:

قَالَ إِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ أَوْ قَالَ مَا إِضَاعَتُهَا قَالَ إِذَا تَوَسَّدَ الْأَمْرَ غَيْرُ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ

Ertinya :   
“Apabila amanah telah disia-siakan tunggulah kiamat”. Ditanyakan, “Bagaimana amanat disia-siakan?”. Beliau menjawab, “Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kiamat”. (HR. Bukhari).

Kita hendaknya melihat orang yang lebih dalam ilmunya sedang mereka tidak menghendaki memimpin kesesatan. Sebagaimana imam Abu Hanifah, imam Malik, imam Syafi’i, imam Ahmad Dan lain-lain. 

Mereka di akui kealiman ilmunya,  kesolehan, ketakwaan dan peringkat keilmuanya lebih jauh di banding pemimpin pemimpin yang menyesatkan tersebut.

Demikian pula mestinya seorang pemimpin yang betul,  maka dirinya akan memiliki cara berfikir yang jauh ke hadapan dan sesuai dengan kitab Allah dan Sunnah nabi-Nya.

Firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 79:

مَاكَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤْتِيَهُ اللهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِّي مِن دُونِ اللهِ وَلَكِن كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُونَ

Ertinya:
"Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah SWT berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia:"Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah SWT". Akan tetapi (dia berkata):"Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (QS. Ali Imran : 79).                                                      

Demikianlah serba ringkas pembahasan tentang  bagaimana cara untuk mengelakkan diri kita dari perkara kesesatan yang akan menimpa dalam hidup kita m

Ya Allah jauhkan hanba-Mu dari perkara yang akan membinasakan dalam hidup ini.  Naungi kami ya Allah dengan cahaya hidayah-Mu. Aamiinn Yaa Robbal 'Aalamiin !!!!!

Wallahu A'lam. 
Doakan istiqamah serta Sehat wal Afiat. 
Wassalam USM. (Ustaz Sihabuddin Muhaemin).

Catatan:
ILMU ITU MILIK ALLAH SWT UNTUK DISEBARKAN. 
Sila KONGSIKAN Dengan Sesama SAUDARA  KITA. 
Mudah-Mudahan bermanfaat Untuk Semua.
Di Dunia Dan Di Akhirat Nanti. Insya-Allah. Aamiinn !!!!!

Kritik Dan Saran Yang Membina Sangat Dialu-alukan. 
Sila tlp/sms kami, USM (012-6653988). 
Atau layari laman facebook:
http://www.facebook.com:
USM - Sihabuddin Muhaemin.

TERIMA KASIH.  
(Shah Alam, khamis 25 Rejab 1436 H).