6 TIPS DALAM MENGHADAPI TAKDIR YANG TIDAK BAIK.

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم 

الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين و على آله وصحبه اجمعين. أما بعد:

TAZKIRAH HARI INI UNTUK RENUNGAN BERSAMA.   
(Shah Alam, Khamis 21 Mei 2015).
6 TIPS DALAM MENGHADAPI TAKDIR YANG TIDAK BAIK.

Dalam menjalani kehidupan,  seorang mukmin terkadang diberikan takdir yang baik, iaitu peristiwa yang menyenangkan dirinya. Sebagai contoh, menikah, berhasil melakukan kebaikan, dan mendapatkan keuntungan dalam bisnisnya yang halal. Ini adalah takdir baik dan menggembirakan kepada hamba-Nya.

Namun, terkadang dalam hidup seorang mukmin harus menghadapi takdir yang buruk, misalnya sakit, ibunya meninggal, dizalimi temannya, dan disebarkan fitnah buruk tentang dirinya dan lain sebagainya.

Di dalam kitab Al-Fawaid, Imam Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah rahimahullah berkata:

إذا جرى على العبد مقدور يكرهه فله فيه ستّة مشاهد

Jika suatu takdir yang buruk menimpa seorang hamba, maka ia memiliki enam sudut pandang:

الأوّل: مشهد التوحيد، وأن الله هو الذي قدّره وشاءه وخلقه، وما شاء الله كان وما لم يشأ لم يكن

1. Sudut Pandang Tauhid. 

Bahwa Allah SWT lah yang mentakdirkan, menghendaki dan menciptakan semua kejadian tersebut. Segala sesuatu yang Allah SWT kehendaki pasti terjadi, dan segala sesuatu yang tidak Allah SWT kehendaki tidak akan terjadi.

Seorang mukmin yang di dalam hatinya kuat keimanan terhadap Rabbnya akan memandang segala sesuatu dengan  pandangan iman dan tauhid, terlepas apapun yang dihadapi dan dialaminya. 

Hatinya meyakini bahawa segala sesuatu yang terjadi, pastilah Allah SWT yang menghendakinya terjadi dan Dialah yang menakdirkannya, baik peristiwa tersebut berupa kebaikan ataupun keburukan. Namun setiap yang Allah SWT takdirkan terjadi, pastilah ada hikmahnya, baik kita ketahui atau tidak.

Dengan demikian, setiap kali seorang hamba tertimpa musibah, ia menghadapinya dengan lapang dada dan menggantungkan harapan hatinya semata-mata kepada Allah SWT agar ia  mendapatkan jalan keluar dan mampu bersabar dalam menghadapinya dengan mengharapkan pahala dari-Nya.

الثاني: مشهد العدل، وأنه ماض فيه حكمه، عدل فيه قضاؤه

2. Sudut Pandang Keadilan. 

Bahwa dalam kejadian tersebut berlaku hukum-Nya dan adil ketentuan takdir-Nya.

Setiap peristiwa yang ditakdirkan terjadi pada diri seorang hamba pastilah Allah SWT selalu adil dan tidak pernah zalim kepadanya, karena Allah SWT menentukan takdir bagi seorang hamba selalu sesuai dengan tuntutan hikmah-Nya dan sesuai dengan ilmu-Nya.

Allah Ta’ala berfirman dalam surah Fushshilat ayat 46:

وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِᄉ

Ertinya:
“Dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya”(QS. Fushshilat:46).

Allah SWT berfirman dalam surah Asy-Syuuraa ayat 30:

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

Ertinya:
“Dan apa saja musibah yang menimpa kalian maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahan kalian)” (QS. Asy-Syuuraa: 30).

الثالث: مشهد الرحمة،وأن رحمته في هذا المقدور غالبة لغضبه وانتقامه، ورحمته حشوه

3. Sudut Pandang Kasih Sayang. 

Bahwa rahmat-Nya dalam peristiwa pahit tersebut mengalahkan kemurkaan dan siksaan-Nya yang kuat, serta rahmat-Nya memenuhinya.

Tidaklah Allah SWT menakdirkan atas diri seorang mukmin sebuah peristiwa yang pahit, kecuali didasari kasih sayang-Nya kepada hamba tersebut. Dan kasih sayang-Nya mengalahkan murka-Nya.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-A’raaf ayat 156.

وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ

Ertinya:
“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu” (Al-A’raaf:156).

Dalam sebuah Hadits Qudsi, Allah SWT berfirman:

إن رحمتي سبقت غضبي
Ertinya:
“Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kemurkaan-Ku” (HR. Bukhari dan Muslim).

الرابع: مشهد الحكمة، وأن حكمته سبحانه اقتضت ذلك، لم يقدّره سدى ولا قضاه عبثا

4. Sudut Pandang Hikmah. 

Hikmah Allah SWT menuntut mentakdirkan kejadian itu berlaku, tidaklah Dia mentakdirkan begitu saja tanpa tujuan dan tidaklah pula Dia memutuskan suatu ketentuan takdir dengan tanpa hikmah di sebaliknya.

Hikmah Allah SWT mentakdiran sesuatu pastilah ada. Namun hikmah tersebut terkadang kita tahu, namun terkadang pula kita tidak tahu. 

Namun, ketidaktahuan kita terhadap suatu hikmah dari kejadian tertentu , tidaklah menghalangi kita untuk berbaik sangka kepada Allah SWT.

Bahwa dengan hikmah Allah SWT,  memutuskan suatu takdir. Jadi, kita meyakini bahwa Allah SWT Maha Bijaksana dalam menetapkan takdir-Nya.

Allah Ta’ala berfirman,

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ

Ertinya:
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mukminuun: 115).

Allah SWT juga berfirman dalam surah Al-Qiyaamah ayat 36.

أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَنْ يُتْرَكَ سُدًى

Ertinya:
“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?” ( QS. Al-Qiyaamah: 36).

الخامس: مشهد الحمد، وأن له سبحانه الحمد التام على ذلك من جميع وجوهه

5. Sudut Pandang pujian. 

Allah SWT Maha terpuji dari segala sisi, terpuji dzat, nama, sifat maupun perbuatan-Nya, termasuk terpuji disaat menakdirkan suatu takdir yang pahit, karena semua itu berdasarkan ilmu dan tuntutan hikmah-Nya.

Allah Ta’ala berfirman dalqm surah Yuunus ayat 10:

دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ ۚ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Ertinya:
“Do’a mereka di dalamnya ialah subhanakallahumma dan salam penghormatan mereka ialah salam. Dan penutup doa mereka ialah segala puji hanya bagi Allah Rabb semesta alam.” (QS.Yuunus: 10).

السادس: مشهد العبوديّة، وأنه عبد محض من كل وجه تجري عليه أحكام سيّده وأقضيته بحكم كونه ملكه وعبده، فيصرفه تحت أحكامه القدريّة كما يصرفه تحت أحكامه الدينيّة, فهو محل لجريان هذه الأحكام عليه

Keenam: Sudut Pandang peribadatan. 

Bahwa orang yang menjalani takdir yang buruk itu adalah sekedar hamba semata dari segala sisi, maka berlaku atasnya hukum-hukum Pemiliknya, dan berlaku pula takdir-Nya atasnya sebagai milik dan hamba-Nya.

 Dia mengaturnya di bawah hukum takdir-Nya sebagaimana mengaturnya pula di bawah hukum Syar’i-Nya. Jadi, orang tersebut merupakan hamba yang berlaku atasnya hukum-hukum ini semuanya.

Sebagai seorang mukmin yang meyakini bahwa ia hanyalah milik Allah SWT dan hamba-Nya, maka ia sadar dan mengakui kepemilikan Allah SWT atas dirinya sehingga Dia berhak mengaturnya dengan bentuk pengaturan bagaimanapun juga, semua terserah Dia, Sang Pemilik alam semesta, maka ia ridha dengan pengaturan Rabbnya tersebut dan benar-benar menghamba kepada-Nya sahaja.

Allah Ta’ala berfirman dalam surah Maryam ayat 93:

إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي الرَّحْمَٰنِ عَبْدًا

Ertinya:
“Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba” (QS. Maryam: 93).

Allah Ta’ala berfirman  dalam surah Al-Furqaan ayat 63:

وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

Ertinya:
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan” (QS. Al-Furqaan: 63).


Ya Allah berilah kami yang terbaik dalam apa jua keadaan yang Engkau berikan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Zat yang akan memberikan  sesuatu yang terbaik kepada semua hamba-hamba-Nya. Aamiinn Yaa Robbal 'Aalamiin !!!!!

Wallahu A'lam. 
Doakan istiqamah serta Sehat wal Afiat. 
Wassalam USM. (Ustaz Sihabuddin Muhaemin).

Catatan:
ILMU ITU MILIK ALLAH SWT UNTUK DISEBARKAN. 
Sila KONGSIKAN Dengan Sesama SAUDARA  KITA. 
Mudah-Mudahan bermanfaat Untuk Semua.
Di Dunia Dan Di Akhirat Nanti. Insya-Allah. Aamiinn !!!!!

Kritik Dan Saran Yang Membina Sangat Dialu-alukan. 
Sila tlp/sms kami, USM (012-6653988). 
Atau layari laman facebook:
http://www.facebook.com:
USM - Sihabuddin Muhaemin.

TERIMA KASIH.  
(Shah Alam,  Khamis 3 Sya'ban 1436 H).